Jumat, 17 Agustus 2012

Antara Perayaan Kemerdaan Republik Indonesia ke 67, Puasa Ramdhan, dan hari raya Idul fitri (catatan dari Kampung)

13451316911491602442



Antara perayaan Kemerdaan Republik Indonesia ke 67, Puasa Ramdhan, dan hari raya Idul fitri

(catatan dari Kampung)

Oleh: Alfigenk Ansyarullah

Besok kita merayakan hari kemerdekaan Republik Indonesia ke 67 ditahun 2012 ini, tapi tak ada lagi kemeriahan di kampung saya, seolah hanya sebuah even biasa, tak seperti dulu, dimana biasanya meriah, bisa jadi karena bersamaan dengan bulan puasa dan hari raya idul fitri, menjadikan perhatian menjadi terbagi dan ada skala priotas, prioitas menghadapi hari raya idul fitri mungkin atau bisa jadi juga panasnya bulan puasa dimusim kemarau saat ini menjadikan orang-orang menjadi malas, sangat panas Kalimantan saat ini, saya tak pernah merasakan panas seperti ini diwaktu kecil saya puluha tahun silam disini.

Namun, sejujurnya selama empat tahun pulang kampong, saya merasa perayaan hari kemerdekaan Negara kita Republik Indonesia tercinta ini semakin hilang kemeriahannya, masyarakat lebih sibuk dengan diri mereka sendiri, anak-anak muda bahkan banyak yang tidak mengerti apa itu kemerdekaan, tidak mengerti sejarah dan minim dalam memahami semangat kemerdekaan itu sendiri.


Perayaan kemerdekaan mungkin mempunyai tradisi masing-masing disetiap daerah, ketika saya di Yogyakarta, saya mendapati tradisi tirakatan disetiap malam kemerdekaan, hampir disetiap kampung di kota dan pedesaan mengadakan tirakatan dengan hikmat dan meriah, hal seperti ini tidak pernah saya dapati didaerah saya dikalimantan, meski dalam hal-hal lain seperti berbagai lomba untuk memeriahkan hari kemerdekaan juga ada, panjat pinang juga merupakan hal yang tidak pernah hilang dari acara kemerdekaan. Namun untuk dua tahun ini, ketika peringatan kemerdekaan dirayakan bertepatan dengan bulan puasa maka berbagai lomba dan panjat pinang tersebut ditiadakan.

Bahkan tidak ada pembicaraan tentang kemerdekaan, kecuali pagi tadi ketua RT kami lewat pengeras suara di mesjid menyarankan kepada penduduk kampung agar memasang bendera merah putih dihalaman rumah masing-masing, sayangnya dimesjid yang sedang dipugar, tidak ada bendera merah putih yang dikibarkan.

Mungkin tidak banyak orang yang tahu bahwa proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1945 juga bertepatan dengan bulan Ramadhan.

Di televisi, media paling vital dalam menyebarkan informasi dikampung saya, juga sepertinya sama, tidak banyak informasi dan acara yang mengupas tentang kemerdekaan, bisa jadi karena bertepatan dengan puasa dan berita arus mudik idul Fitri ini juga, saya pribadi sebenarnya menginginkan adanya keseimbangan antara acara-acara yang mengupas kemerdekaan, puasa dan kesibukan menghadapi Idul fitri ini. Ujungnya ditelivisi kita hanya melihat para pelawak saja setiap hari yang akan menjadi duplikat pahlawan masa kini, rasanya saya mau muntah karena bosan melihat Olga saputra setiap hari di televisi.

Sebenarnya ada satu televisi yang menurut saya pribadi bisa memadukan keramatnya kemerdekaan, puasa dan idul fitri ini, televisi yang dahulu pernah sangat popular, yaitu TVRI, selama beberapa hari ini saya menonton beberapa Film jaman dulu yang bertajuk kemerdekaan, rasanya menyenangkan mendengar gaya bahasa Indonesia yang bersih fasih dan sangat baik di film-film jaman dahulu tersebut. Sayangnya TVRI saat ini menjadi televisi yang tidak populer lagi, pastinya pemirsa jaman sekarang lebih banyak tidak nyambung dengan konsestensi TVRI ini, bukan salah TVRI tapi karena SDM dan pola pikir masyarakat sekarang sudah berubah, masyarakat daerah saya ini yang saya maksud.

Dilain pihak, tentu saja aka nada acara formal yang dilaksanakn oleh pemerintah, seperti renungan malam di tengah malam nanti, ada upacara tujuh belas agustus besok pagi, tapi menurut saya itu adalah acara formal rutin yang tidak banyak menyentuh masyarakat lagi, ada yang hilang dalam hal ini, ada semangat yang hilang dalam perhatian masyarakat awam dalam menghadapi peringatan kemerdekaan Republik ini. Bisa jadi ini terjadi karena adanya pergeseran akan pemaknaan kemerdekaan, pergeseran yang lebih pragmatis mungkin, ini akan menjadi pertanyaan yang sebenarnya harus dijawab, dan saya tidak bisa menjawabnya.

Mungkin sampai disini dulu hasil reportasi kecil-kecilan dari saya, dituliskan langsung dari kampung saya dimalam yang panas, setelah magrib tadi diguyur gerimis pertama dalam satu bulan Ramadhan ini.

Dirgahayu Repulbik Indonesia…… Merdeka

http://sosbud.kompasiana.com/2012/08/16/antara-perayaan-kemerdaan-republik-indonesia-ke-67-puasa-ramdhan-dan-hari-raya-idul-fitri-catatan-dari-kampung/


Artikel Terkait:

Read more at http://lenterablogger.blogspot.com/2012/05/cara-buat-artikel-terkait-scroll-bar.html#O8DI5OjM5JsWXsFK.99

Tidak ada komentar:

Posting Komentar