Minggu, 09 September 2012

JENIS-JENIS HOMO


Merenung tentang manusia, sungguh mengasyikkan. Polahnya lucu, menggemaskan, taat, usil, menjengkelkan, nakal, khusyuk, iseng, dan terkadang susah dipahami alias absurd: tidak masuk akal. Ada tetangga saya yang sehari-hari hanya disibukkan untuk duduk-duduk di pos ronda, bermain domino hingga waktu melayang.
depressionGLain lagi dengan sebagian kalangan yang sibuk. Menurut mereka waktu adalah uang. Menghargai waktu karena di dalam waktu terjadi transaksi-transaksi dan akhirnya mendapatkan uang. Bagi kalangan pengangguran seperti tetangga saya ini waktu juga wajib dihabiskan. Caranya ya itu tadi, bermain domino, ngobrol ngalur ngidul hingga waktu habis. Hari pun habis. Usia habis.
Siapakah manusia sehingga mereka bisa dengan ringan bermain main di dalam sang waktu? Benarkah hanya manusia yang sadar dan mempertanyakan tentang makna sebuah aktivitas di dalam waktu?

Binatang, tumbuhan, dan sebutir pasir tetap hidup di dalam waktu dan berubah seiring dengan waktu. Binatang mengalami dengan instingnya, kapan musim kawin tiba. Tumbuhan juga begitu, dia akan berubah seiring dengan pergantian musim. Kapan saatnya dia harus menghijaukan daunnya, kapan pula menggantinya dengan warna kuning dan menggugurkannya. Namun binatang dan tumbuhan tidak MENGERTI. Mereka hanya MENGALAMI berdasarkan naluri, kebiasaan dan kodrat-nya.
Hanya manusia yang diberi kesadaran, berpikir, merasa dan merenungkan kejadian-kejadian dalam waktu. Hanya manusia yang mampu mengambil jarak terhadap dirinya sendiri. Namun siapakah manusia sesungguhnya sehingga memiliki kehebatan untuk mentransendensi dirinya, menata nilai-nilai, memiliki keyakinan tertentu, membangun peradaban dan menata kebudayaannya?
Menurut filsafat manusia, ada banyak tesis tentang manusia, bahwa manusia itu HOMO MECHANICUS, HOMO ERECTUS, HOMO LUDENS. Kesemuanya itu terutama mengenai susunan kodrat kejasmaniannya. Tesis lanjutannya adalah HOMO FABER, HOMO SAPIENS, ANIMAL RATIONALE, ANIMAL SYMBOLICUM yaitu manusia yang memiliki daya cipta yang merupakan susunan kodrat kejiwaan. Selanjutnya, manusia sebagai HOMO RECENTIS dan HOMO VOLENS yaitu manusia yang memiliki aspek rasa dan karsa. Tesis-tesis KEJIWAAN itu menyatu sebagai HOMO MENSURA: Makhluk penilai. HOMO MENSURA dan HOMO FABER menyatu sebagai HOMO EDUCANDUM.
Selain susunan kodrat KEJASMANIAN dan KEJIWAAN, manusia juga sebagai makhluk sosial. Tesis mengenai hal itu adalah HOMO ECONOMICUS dan HOMO SOCIUS.
Akhirnya masih ada beberapa konsep lainnya yaitu HOMO VIATOR dan HOMO RELIGIOSUS yang berhubungan dengan kedudukan kodrat manusia sebagai MAKHLUK TUHAN dan pribadi yang mandiri. Kesemua tesis yang homo-homo tersebut menyatu sebagai HOMO CONCORS yaitu manusia yang siap untuk mengubah diri/TRANSFORMASI DIRI dan adaptif terhadap perubahan.
Singkat perenungan, berpikir tentang HOMO CONCORS saya ingat tetangga saya yang setiap hari nongkrong di pos ronda untuk menghabiskan detik demi detik, menit demi menit, jam demi jam, hari demi hari untuk bermain domino tadi. Dia adalah HOMO CONCORS, manusia yang siap untuk mengubah diri, tentu saja menjadi lebih baik.
Semoga doa ini didengar Tuhannya manusia.



Artikel Terkait:

Read more at http://lenterablogger.blogspot.com/2012/05/cara-buat-artikel-terkait-scroll-bar.html#O8DI5OjM5JsWXsFK.99

Tidak ada komentar:

Posting Komentar