Rabu, 19 September 2012

Skizophrenia




Bagi yang belum mengetahui, Schizophrenia adalah sebuah penyakit gangguan kejiwaan dimana seseorang merasa kesulitan untuk membedakan antara imajinasi dengan realita.  Ini membuat seseorang merasa yakin mendapat bisikan, melihat sesuatu, atau pernah mengalami sesuatu.

Orang yang mengidap schizophrenia dalam skala berat oleh masyarakat dianggap sebagai gila. Namun dalam kadar yang lebih rendah ketika pengidapnya masih bisa terlihat normal, ditambah pengidapnya adalah orang orang yang religius atau terkait dengan dunia ghaib (paranormal) segala ini sering diartikan sebagai pertanda Supranatural. Seperti biasa, tulisan ini menawarkan perspektif ilmiah yang menawarkan ‘ada penjelasan lain’ selain penjelasan yang dikaitkan dengan penjelasan agamis atau supranatural.


Self Delution

Fenomena ini kadang dapat menjelaskan mengenai orang orang yang mengaku mendapat bisikan dari setan, jin, arwah hingga mereka yang mengaku sebagai Nabi. Seseorang pengidap schizophrenia bisa saja terlihat sangat bijak, jujur, dan meyakinkan. Namun ini adalah masalah gangguan syaraf yang bisa dideteksi oleh ahli syaraf. Bagaimana seseorang bisa pecaya dirinya adalah Nabi? Kepercayaan bahwa kenabian adalah pilihan Tuhan yang diberikan kepada orang orang tertentu secara khusus membuat kadang orang menginginkan menjadi that Special One.

Orang suci yang ditunjuk Tuhan, dimuliakan dan dipuja. Ketika keinginan ini menjadi sangat kuat ditambah gejala schizophrenia, ini semua dapat menggiring pengakuan sebagai Nabi atau sekedar mengaku mendapat bisikan dari Tuhan. Orang orang yang menyangkalnya akan mengatakan bahwa bisikan tersebut berasal dari iblis, Setan atau semacamnya sesuai kepercayaan mereka. Fenomena ini dapat menggiring manusia disekitarnya untuk terjerumus pada delusi yang lebih dalam atas sesuatu yang belum tentu benar terjadi.

Dalam dunia mistik misalnya, ketika seseorang terlalu mempercayai kekuatan supranatural dan ghaib, adakalanya tergiring pada wishfull thingking dimana dia kemudian merasakan keinginan yang sangat kuat untuk mendapatkan konfirmasi ataupun ‘pertanda’ dari entitas supranatural yang dia cari. Keinginan kuat ditambah kondisi fisik serta syaraf yang terganggu sangat mungkin menciptakan halusinasi atau penyakit schizophrenia.
Sebagai contoh, pada tahun 2006 di Texas, seorang ibu bernama Dena Scholsser membunuh anaknya bernama Maggie. 

Dia mengaku para Polisi bahwa dia dengan berat hati melakukannya karena mendengar Suara dari Tuhan. Terinspirasi juga dengan kisah dalam kitab suci yang dia percaya yang menceritakan Nabi (Asli) yang juga mendapat bisikan untuk ‘mengorbankan’ anaknya meskipun akhirnya mendapat ’suara lain’ yang meminta untuk menghentikannya. Berbeda dengan Nabi terdahulu, wanita ini tidak mendapat ‘wahyu’ untuk membatalkan pengorbanan anaknya.

Kasus lain adalah ketika Seorang bernama Ibrahim berumur 31 tahun di Aceh yang mencekik keponakannya yang sedang tidur hingga Tewas karena mengaku mendengar suara yangs angat keras saat sedang tidur untuk melakukannya. Dia juga melakukan penganiyayaan terhadap keponakannya yang lain dengan ‘bisikan’ serupa. Ibrahim sangat menyesali perbuatannya namun tak kuasa untuk tidak menghiraukan ‘bisikan’ yang dia dengar.
Lain cerita dengan MDS di Bali yang melakukan pemerkosaan terhadap anak dibawah umur sebanyak 10 kali karena mendapat bisikan yang lain. DIa juga mengaku pernah mengalami mati suri.

False memory

Bagaimana mungkin seseorang tidak bisa membedakan antara imajinasi dan kenyataan? Berita buruknya, hal itu dapat terjadi pada siapa saja. Jika anda sering melamun, menggemari cerita fiksi dan membayangkan menjadi bagian dari cerita, atau mengkonsumsi obat obatan yang membuat anda tak bisa membedakan imajinasi dan realita, maka potensi anda mendapatkan  penyakit serupa cukup tinggi.

Apa yang membedakan antara imajinasi akan sebuah pengalaman dan memori akan sebuah ingatan hanya terletak pada seberapa ‘nyata’ gambaran tersebut dalam ingatan. Imajinasi dan memori sangat mungkin tertukar. Pada saat kita mengalami sesuatu, memori yang terekam sangatlah kompleks karena melibatkan indera penglihatan, penciuman, peraba, dan lain lain sehingga membaur menjadi sesuatu yang sangat ‘vivid’ (nyata/jelas) . Berbeda jika kita sekedar berimajinasi mengenai suatu peristiwa dimana informasi yang terekam atas imajinasi  hanya sebatas visual dan tidak sejelas dan selengkap ‘ingatan’ atas pengalaman nyata.

Apa yang terjadi saat pengalaman nyata tidak menyimpan informasi yang kuat? Kita bisa menganggapnya tidak pernah terjadi (lupa) atau menganggapnya sebagai imajinasi. Begitupun sebaliknya, saat imajinasi kita sangat kuat bahkan kita mengingat bau yang sebenarnya tidak pernah ada, kita bisa saja menganggapnya sebagai pengalaman nyata meskipun sebenarnya itu hanyalah imajinasi.

Sebagai contoh, pada tahun 1996 seorang wanita menuduh Dr. Donald Thompson (seorang psikolog terkenal) telah memperkosa dia. Kenyatannya, wanita ini diperkosa oleh orang yang tidak dikenal sesaat setelah menonton tayangan televisi yang mempertunjukkan dokter Donald melakukan wawancara. Bagaimana ini bisa terjadi?

Ketika seseorang mengalami kejadian yang sangat traumatik, secara sadar atau tidak dia berusaha sekuat tenaga untuk menghapus memori tersebut. Inilah yang kemudian banyak bagian yang tidak mampu dia ingat. Pada saat pengadilan, wanita tersebut memaksa ingatannya untuk mengingat secara detail kejadian tersebut. Fragmen fragmen yang dia ingat tersusun menjadi ‘realita’ baru yang menjadi tidak akurat. Kenyataannya wanita tersebut tidak pernah bertemu dengan dokter Donald dan hanya melihatnya lewat televisi.

Ini semua menunjukkan bahwa kadang kita ditipu oleh daya ingat dan panca indera kita. Penyakit Schizophrenia banyak diderita oleh orang orang dalam usia produktif bahkan remaja. Inilah yang kemudian menyebabkan gejala delusi (termasuk melihat hantu dan segala macamnya) benar benar dipercaya oleh seseorang dan secara meyakinkan menceritakannya kepada orang lain. Jangan begitu saja percaya pada mereka yang mengaku mendengar dan melihat sesuatu, dan demi kebaikan, sarankan kepada mereka, temui psikolog dan ahli syaraf.

By VirKill
IRiS
(Indonesian Rationalist Society)

Referensi:
Loftus, Elizabeth (1994), “Remembering Dangerously”, CSIOP
Caroll, Robert T (2006), The Skeptic Dictionary, Skepdic.com
Schacter, Daniel L. Searching for Memory – the brain, the mind, and the past (New York: Basic Books, 1996).



Artikel Terkait:

Read more at http://lenterablogger.blogspot.com/2012/05/cara-buat-artikel-terkait-scroll-bar.html#O8DI5OjM5JsWXsFK.99

Tidak ada komentar:

Posting Komentar