Rabu, 18 Juli 2012

Bagaimana Virus Flu Babi Pandemik Bisa Mematikan?

swine-flu-virus-image


Dua kelompok ilmuwan berhasil mengungkap bagaimana protein virus flu babi H1N1 terikat pada reseptor korbannya.




Ferret (Image from foreignpolicyblogs.com)
Saat ini penyakit flu babi (Influenza H1N1) telah dinyatakan sebagai pandemik (level 6) oleh WHO sejak tanggal 11 Juni 2009 yang lalu. Penyebarannya kini telah dilaporkan di lebih dari 70 negara (CDC, 7 Juli 2009). Bahkan di Indonesia pun penyakit ini sudah mulai bercokol, awalnya ‘dibawa’ oleh warna negara asing yang sedang berkunjung ke Indonesia, dan kini sudah ditemukan 28 kasus positif flu babi (Media Indonesia Online, 7 Juli 2009).


Kasus flu babi (H1N1) ini memang pada umumnya masih tergolong penyakit ‘sedang’, tidak terlalu mematikan. Berdasarkan data WHO per tanggal 29 Juni 2009, terjadi 311 kematian dari 70.893 kasus positif flu babi atau sekitar 0.44% (dibanding dengan flu burung H5N1 yang mencapai 80%). Namun kini mulai dilaporkan adanya peningkatan ‘keganasan’ sang virus, tingkat kematian akibat virus H1N1 mulai meningkat dan semakin cepat yang nampaknya akibat aktifitas viral pneumonia. Dan kini dua kelompok ilmuwan telah menemukan titik terang mengapa virus ini semakin ganas, dan ini ada hubungannya dengan cara virus terikat dalam tubuh penderita.


Sesuai namanya, virus flu babi H1N1 ini berasal dari babi, sehingga ia terikat dengan baik pada molekul-molekul permukaan sel dalam sistem pernafasan mamalia lain, termasuk manusia. Tetapi ada sedikit perbedaan cara protein-protein flu terikat pada reseptor-reseptor ini.
ferret


Image from howtotakecareofferrets.com.
Dua tim terpisah — yang pertama dipimpin oleh Ron Fouchier dari Erasmus University di Rotterdam, Belanda, dan yang kedua oleh Terrence Tumpey dari Centres for Disease Control (CDC) Atlanta, Georgia, USA — keduanya melaporkan bahwa dibanding virus flu biasa, virus pandemik ini terikat lebih dalam pada sistem pernafasan ferret (sejenis musang), binatang yang lebih mirip dengan manusia ketika ia terserang flu.


Virus dari famili H1N1 yang sama dengan virus flu pandemik, telah bersirkulasi sebagai flu musiman biasa sejak 1977. Kedua kelompok peneliti tadi menemukan bahwa virus musiman terikat hampir secara eksklusif pada sel dalam hidung ferret. Sementara itu H1N1 pandemik terikat lebih dalam, di batang tenggorokan paru-paru, bronchi dan bronchiole. Virus pandemik juga bereplikasi lebih banyak, dan menyebabkan lebih banyak kerusakan, meskipun tidak ada ferret yang sakit parah.


Risiko Pneumonia
Setiap individu memiliki reaksi yang berbeda terhadap virus. Virus yang terikat lebih dalam di paru-paru dapat memicu potensi pneumonia yang fatal jika orang yang terinfeksi mengalami peradangan hebat sebagai respon terhadap virus tersebut. Ini dapat dilihat pada kasus pandemik H1N1 tahun 1918 yang menyebabkan viral pneumonia yang sangat cepat, bisa membunuh dalam hitungan jam. Menurut Fouchier, pengikatan dan replikasi virus H1N1 pandemik pada sistem pernafasan yang lebih dalam pada ferret cocok dengan viral pneumonia yang teramati pada manusia.


Kelompok peneliti dari USA juga menemukan bahwa pengikatan terjadi pula dalam usus, ini menjelaskan terjadinya rasa mual dan muntah-muntah pada beberapa kasus flu pandemik. Kedua tim menyimpulkan bahwa virus ini dapat beradaptasi lebih ‘baik’ pada manusia, sehingga menyebabkan penyakit yang lebih parah.


Meskipun ini merupakan hasil penelitian ilmiah, namun kita berharap pandemik ini akan segera berakhir dan tidak akan jatuh lebih banyak korban lagi.


Referensi Jurnal: Science (DOI: 10.1126/science.1177238, DOI: 10.1126/science.1177127)


Sumber: NewScientist

Artikel Terkait:

Read more at http://lenterablogger.blogspot.com/2012/05/cara-buat-artikel-terkait-scroll-bar.html#O8DI5OjM5JsWXsFK.99

Tidak ada komentar:

Posting Komentar