Selasa, 14 Agustus 2012

Tanda Awal Disleksia Bisa Dideteksi dengan Scan Otak




Jakarta, Dokter mungkin dapat menemukan tanda-tanda disleksia dalam scan otak pada anak dari usia 3 atau 4 tahun sebelum anak mulai sekolah. Tanda-tanda disleksia dalam scan otak mungkin tetap dapat diketahui pada saat scan dilakukan, meskipun anak belum menunjukkan tanda-tanda disleksia dalam perilaku.

Disleksia adalah istilah yang sangat luas untuk mendefinisikan ketidakmampuan belajar yang merusak akurasi kefasihan atau pemahaman dalam membaca. Kondisi tersebut dapat bermanifestasi sebagai kesulitan dengan kesadaran fonologi, fonologis decoding, ortografi coding, auditori memori jangka pendek atau penamaan cepat.


Namun, disleksia berbeda dengan kesulitan membaca hasil dari penyebab lain, seperti kekurangan non neurologis dengan penglihatan atau pendengaran, atau dari membaca instruksi yang buruk atau tidak memadai.

Disleksia dapat dideteksi sedini mungkin, daripada menunggu anak mengalami tanda-tanda kesulitan membaca. Para ilmuwan mampu mengidentifikasi masalah dalam membaca bahkan sebelum anak mulai sekolah, jauh sebelum mereka dicap sebagai siswa yang bodoh dan mulai kehilangan kepercayaan diri.

Meskipun biasanya disleksia didiagnosa pada saat anak kelas kedua atau ketiga di sekolah dasar atau sekitar usia 7 atau 8 tahun. Namun, Children's Hospital Boston mengatakan tanda-tanda disleksia pada anak dapat mulai dideteksi mulai umur 4 atau 5 tahun dalam scan otak.

"Kami menyebutnya paradoks disleksia. Kebanyakan anak tidak terdiagnosa hingga kelas tiga, namun scan otak dapat untuk mendeteksi disleksia lebih dini. Sehingga diharapkan anak yang disleksia dapat dideteksi sebelum mereka mulai belajar membaca," kata Nadine Gaab dari Laboratories of Cognitive Neuroscience seperti dilansir HealthNews, Kamis (26/1/2012).

Hasil studi tersebut telah diterbitkan dalam Prosiding National Academy of Sciences.

"Seringkali, anak-anak yang menderita disleksia didiagnosa setelah 3 tahun menjadi bahan ejekan teman-teman sekolahnya. Atau setelah orangtua mereka memarahi karena mereka dianggap malas. Sehingga anak-anak tersebut seringkali kehilangan kepercayaan dirinya," kata Gaab.

Studi tersebut didasarkan pada pemahaman yang muncul dari disleksia sebagai masalah dengan mengenali dan memanipulasi suara individu bahwa bahasa bentuk, yang dikenal sebagai pengolahan fonologis.

Untuk membaca, anak harus menguasai peta bunyi bahasa lisan ke huruf tertentu yang membentuk kata-kata. Sedangkan anak-anak dengan disleksia tidak menguasai proses pemetaan tersebut.

"Tanda-tanda disleksia dini mungkin termasuk kesulitan dengan berima, salah mengucapkan kata-kata atau bingung terhadap kata-kata yang terdengar mirip. Hal tersebut merupakan gejala yang sangat awal," kata Dr Sally Shaywitz, direktur Center for Dyslexia and Creativity di Yale University.

Disleksia mempengaruhi sekitar 5 persen menjadi 17 persen dari semua anak dan satu dari dua anak dengan riwayat keluarga dengan gangguan tersebut akan mengalami kesulitan dalam membaca, Anak-anak tersebut akan mengalami kesulitan mengeja dan mengalami kesulitan memahami kata-kata.



Artikel Terkait:

Read more at http://lenterablogger.blogspot.com/2012/05/cara-buat-artikel-terkait-scroll-bar.html#O8DI5OjM5JsWXsFK.99

Tidak ada komentar:

Posting Komentar