Jumat, 17 Agustus 2012

Tanya Jawab Seputar menghafal Al Qur'an bersama Syekh Syadi Abu Mu’min, MA. (1)



Tanya Jawab Seputar menghafal Al Qur'an bersama Syekh Syadi Abu Mu’min, MA.
(Pengajar Al Qur’an di Palestina, yang meluluskan 10.000 (sepuluh ribu) hafizh Al Qur’an tiap tahun dengan program dua bulan hafal Al Qur’an)

Pertanyaan :

Bagaimana metode untuk menghafalkan Al Qur’an di Palestina sehingga anak-anak bisa hafal dalam dua bulan?

Jawaban pertama :

Tentang metode menghafal dalam dua bulan, sesungguhnya ini butuh dauroh tersendiri. Tapi ini pengalaman yang kami lakukan tidak hanya di Palestina, tapi juga di Yordania dan Saudi, dan semuanya sukses. Tapi kita di Palestina memiliki kelebihan dalam masalah jumlah. Seperti dulu saya mengajar di Saudi, di Makkah Al Mukarromah dalam program tahfizh di Masjidil Haram, dalam satu tahun hanya meluluskan 40 saja murid yang hafal Al Qur’an dalam program dua bulanan. 

di Yordania meluluskan 60 sampai 70 hafizh dalam setahun dalam program dua bulanan. Namun di Palestina kita meluluskan setiap tahun 10.000 (sepuluh ribu) hafizh dan hafizhah Al Qur’an, yaitu lima ribu hafizh dan lima ribu hafizhah. Kita melaksanakan program dengan bentuk umum. Tapi metode tetap memungkinkan. Kita juga terapkan di Turki dan Pakistan, yang mana mereka bukanlah orang arab. Karena masalahnya bukan masalah bahasa. 

Tidak ada hubungannya. Masalahnya adalah masalah agenda yang teratur. Dalam liburan musim panas, diadakan Mukhoyyam Al Qur’an bagi siswa di masjid selama dua bulan penuh. Tidur, makan, minum, dan menghafal di tempat tersebut dan tidak meninggalkannya. Mereka hanya punya satu kegiatan, yaitu menghafal Al Qur’an.

Kelebihan di Palestina, kita tidak punya banyak kesibukan. Kita tidak punya tempat-tempat permainan, tempat hiburan, juga tidak ada tempat bermain anak-anak. Kita hanya punya masjid-masjid. Apa sebab kita mempunyai banyak hafizh? Yaitu keseriusan. Kita menjadi masyarakat yang memiliki keseriusan, semua masyarakat. Masing-masing menginginkan anak-anaknya hafal Al Qur’an. ada dorongan hakiki pada masyarakat di Gaza secara tersendiri. Kita terapkan program ini di Gaza, orang-orang menjadi memiliki respon yang terhadap menghafal Al Qur’an, karena mereka hidup dalam suasana jihad dan perjuangan. Dan kita menjadi punya pemahaman terhadap makna syahid di jalan Allah dan menyambut Allah.

Anak-anak kalian (di Indonesia), ketika liburan, barangkali mereka bermain, atau bertamasya ke tempat yang indah. Tapi kita (di Palestina) tidak punya itu semua. Maka kita bawa mereka ke masjid-masjid. Itulah tempat rekreasi mereka, tempat bergembira mereka, masjid. Maka dari itu, orang-orang yahudi dalam perang Gaza yang terakhir, ketika mereka menyerang Gaza, apa yang mereka serang? Mereka menyerang masjid-masjid. Karena masjid-masjid tersebut yang mengeluarkan para hufadh. Karena para hufazh itulah yang membela Gaza dan berjihad di Jalan Allah.

 Kami di Brigade Al Qossam memiliki 70.000 (tujuh puluh ribu) pasukan, ini adalah jumlah yang dipublish, semuanya adalah hufazh. Dalam peperangan Furqon yang terakhir, kurang lebih 3 tahun yang lalu, ketika Gaza diserang, Orang-orang Israel datang dengan 40.000 (empat puluh ribu) pasukan, yang menghadapi mereka hanya 15.000 (lima belas ribu) hafizh saja. Kita hanya menggunakan 5% (lima persen) dari kekuatan kita saja. Semua yang berperang adalah hufazh kitabullah. Ya, ini barokahnya jihad. Tapi metode tidak berbeda dengan di tempat lain.

Ini juga karena keistimewaan tarbiyah. Kita punya manhaj tarbawi. Kita mencapai suatu pergerakan Islam, - ini bagian dari jasa Syekh Ahmad Yasin rahimahullah - , kita mentarbiyah masyarakat, kita tidak sekedar mentarbiyah individu-individu harokah dan kader-kader hamas, kita menempuh jalan Nabi Muhammad saw. 

Seperti ‘Amr bin Al ‘Ash ketika beliau menginvestigasi kemah-kemah pasukannya dalam peperangan Nahawan yang menakhukkan negeri Persia, katika beliau melewati kemah yang terdengan suara tilawah Al Qur’an, beliau mengatakan : “ dari sini kemenangan!”. Tapi ketika melewati kemah-kemah, sementara pasukan sedang tiduran, beliau mengatakan :” dari sini muncul kekalahan!” maka kemudian mereka dikelompokkan dan ditempatkan di belakang. Adapun yang membaca Al Qur’an, mereka ditempatkan di depan. Hal ini sejak periode Rasrulullah saw.

sehingga Al Qur’an dipahami oleh orang-orang Palestina karena tarbiyah Islamiyah. Ini adalah manhaj Syekh Ahmad Yasin, manhaj Imam Syahid Hasan Al Banna, dan Manhaj Imam Sayyid Qutub yang mengatakan bahwa umat Islam tidak akan menang kecuali dengan generasi Al Qur’anul Karim saja. Ini perkataan Sayyid Qutub. Semua yang kita lakukan di Palestina, menerapkan prinsip ini. Kita terapkan amaliyah ini. Kita mentarbiyah masyarakat. Kematian bagi kita datang dengan cepat. Kita sudah terbiasa dengan kematian. Kematian bagi kami menjadi permulaan kenikmatan, dan bukan akhir kenikmatan. Karena kita hidup dalam peperangan dan penyerangan. 

Boleh jadi engkau sedang tidur tiba-tiba meninggal, engkau berjalan di jalan tiba-tiba terkena ranjau dan meninggal. Sehingga kedekatan dengan kematian dan perasaan dekat dengan Allah, menjadikan penduduk Gaza mengetuk pintu Allah. Ini gambaran pemikiran secara umum.Semua manusia menjadi mempunyai keyakinan bahwa keselamatan, kebahagiaan, dan kebaikan di dunia dan akhirat adalah dengan Al Qur’an. dan ini adalah dari barokah jihad di Jalan Allah.


Artikel Terkait:

Read more at http://lenterablogger.blogspot.com/2012/05/cara-buat-artikel-terkait-scroll-bar.html#O8DI5OjM5JsWXsFK.99

Tidak ada komentar:

Posting Komentar